Sabtu, 21 Agustus 2010

////

Aku Bangga Pada Batik Indonesia

SUATU hari seseorang memuji saya ketika saya mengenakan kemeja batik yang dibalut jaket. Perpaduan antara modisme dengan aura formal. Narsistik? Tidak juga. Lihat bagaimana pada suatu hari teman-teman kerja saya kompak mengenakan batik. Mereka menamakannya dengan ‘Berbatik Ria’. Ini hal yang wajar, menyoal pakaian, kami ‘dibebaskan’. Tak ada seragam, asal sopan, karena kami kerja di media. Jadi santai-santai saja selama tak ke kantor dengan hanya mengenakan daster atau celana boxer.
Betapa nasionalis.



Bahkan saya naksir dengan jaket batik yang kelak akan saya beli. Tapi tidak dengan celana. Celana berbatik? Ayolah, memangnya saya mau manggung? Dan saya mungkin hanya salah seorang dari sekian banyak Indonesia yang mencintai batik. Tidak heran ketika ada peng-klaiman dari Negara tetangga, para pecinta batik ini sewot. Orang-orang kita yang semula tidak peduli dengan batik pun berbalik memuja dan mencintai. Jadi ada manfaatnya kan, ketika produk asli dalam negeri ini sempat diakui menjadi hak milik negara tersebut?


Apakah Batik?


Batik pada awalnya diartikan sebagai salah satu cara pembuatan bahan pakaian dengan pewarnaan kain yang menggunakan malam (zat padat atau lilin).Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009


Pada awalnya tradisi membatik dilakukan turun temurun sehingga tak heran  jika mendapati sebuah batik dengan motif yang khas dari suatu daerah.  Beberapa motif batik bahkan hanya digunakan oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta. Kemudian batik yang memiliki nilai seni tinggi ini dijadikan lahan pekerjaan oleh sebagian besar perempuan di Jawa pada masa lampau. Tak heran motif batik yang dibuat terkesan feminin dan lembut. Namun ketika ‘Batik Cap’ ditemukan, kaum adam pun ikut serta. Jadilah penciptaan motif lain yang lebih maskulin, yang bisa dilihat pada corak ‘Mega Mendung’.



Corak Batik


Foto: belanjabatik.com
Tahukah teman, kenapa begitu banyak corak batik yang ada di Tanah Air kita ini? Tentulah disebabkan oleh pengaruh bangsa asing. Awalnya batik memiliki corak dan warna  yang itu-itu saja sampai pedagang asing dan penjajah masuk ke wilayah negeri. Sebut saja bagaimana warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tinghoa. Sementara bangsa Eropa mengilhami pemunculan batik bercorak bebungaan, obyek benda seperti gedung atau kereta kuda. Meski begitu batik tradisional masih tetap dipertahankan sampai sekarang.


Kawanku yang budiman (dan budiwati untuk yang perempuan), tahukah kenapa Malaysia sempat mengakui batik adalah kesenian asli mereka? Ini karena pada hari-hari tertentu pegawai negeri sipil di sana wajib mengenakan batik. Barangkali karena salah satu faktor itulah pengakuan yang sempat terjadi itu dimoncongkan.







0 Reactions to this post

Add Comment

    Posting Komentar