Apabila balita ini diam dan tertidur,  orang yang melihat dapat dipastikan juga akan merasa gemas dengan bocah  ini. Apalagi, omongannya begitu tegas dan blak-blakan apa adanya.
Namun, ternyata bocah yang lahir pada 18  Februari 2006 ini berbeda dengan balita pada umumnya. Kalau balita lain  kebanyakan senang mengisap jempol tangan dan oleh orangtua dijauhkan  dari hal yang dapat menyebabkan sakit, justru Sandi sangat senang  mengisap rokok. Malahan Sandi juga sering diajak sejumlah pemuda untuk  menenggak minuman keras (miras).
Di usianya yang belum genap 4 tahun,  Sandi juga lihai mengomongkan hal-hal berbau seks maupun pornografi yang  merupakan konsumsi bahan pembicaraan orang dewasa. Sandi juga ‘fasih’  mengucapkan kata-kata kotor. Seperti layaknya orang dewasa, Sandi tidak  cadel.
Semula Surya tak menyangka balita ini  mempunyai perilaku seperti ini. Ketika duduk di atas jok sepeda motor  sambil dipegangi seorang juru parkir (jukir) di depan Gedung Gajayana Jl  Nusakambangan, Selasa (29/12), Sandi tampak seperti kebanyakan balita  lain yaitu bocah kecil yang menggemaskan. Setelah mendapat informasi  bahwa balita itu merupakan perokok berat dan sering diajak menenggak  miras, barulah Surya menyapanya.
Ditanya siapa namanya, balita itu dengan  tegas menjawab Sandi Macan. Namun, beberapa saat kemudian dia mengubah  namanya menjadi Sandi Wedhus. Sandi mengaku berusia tiga tahun. Sandi  juga menceritakan sejumlah merek rokok yang disukai. ”Rokok ini enak  sekali,” kata Sandi sambil mengisap dalam-dalam asap rokok merek  tertentu.
Balita ini juga mengaku biasa diajak  menenggak minuman beralkohol bersama teman-temannya yang sudah dewasa.  Namun, menenggak miras ini tak diketahui langsung orangtuanya yaitu  pasangan suami istri (pasutri) Mulud Riadi, 47, dan Mujiati, 41. Sandi  adalah anak keempat mereka. Meski begitu, Sandi sering bercerita kepada  orangtuanya kalau dia sering diajak menenggak miras dan mengeluh dadanya  sesak dan kepalanya pusing.
Sandi selama ini memang tak pernah  bermain dengan bocah-bocah sebayanya. Dia lebih memilih bermain dengan  orang dewasa. Informasinya, pernah Sandi diajak bermain panjat pohon  dengan bocah sebayanya. Begitu teman-temannya berada di atas pohon,  Sandi menegurnya dengan kata-kata kotor. Tentu saja teman-temannya  ketakutan.
Sejumlah jukir yang siang itu berada di  depan Gedung Gajayana membenarkan jika Sandi perokok berat. Namun soal  berapa batang atau berapa bungkus yang dihabiskan tidak ada satupun yang  bisa memastikan, alias tidak bisa menghitung. Bagaimana tidak, tiap  kali ada orang di dekatnya membawa rokok, Sandi selalu minta sebatang  dan langsung disedot.
Meski perilaku dan omongan Sandi seperti  itu, para jukir sangat menyayangi dan selalu menjaga. Bahkan, para  jukir itu rela memandikan dan menceboki apabila Sandi buang air besar.
Tampaknya, hidup Sandi lebih banyak  dihabiskan dengan teman-temannya di pinggir jalan ketimbang di pelukan  kedua orangtuanya. Sang ayah, Mulud Riadi sibuk mencari uang untuk  mempertahankan kepulan asap dapur sebagai tukang bangunan dari pagi  hingga petang. Sedangkan Mujiati menghabiskan waktu di rumah orang lain  yang harus dijaganya dari pukul 08.00 WIB hingga malam. Paling cepat  pukul 22.00, Sandi kembali ke pelukan mereka.
Seorang pedagang rokok yang kiosnya  berada di depan Gedung Gajayana, Ny Rebo, mengungkapkan, Sandi memang  suka merokok. Selama ini dia tak pernah membeli dengan uangnya sendiri.  Biasanya Sandi dibelikan rokok oleh teman-temannya yang telah dewasa.
Belum DiperiksakanPasutri Mulud Riadi dan Mujiati ketika dihubungi Surya secara terpisah mengatakan, anaknya Sandi mulai suka merokok ketika baru dapat berjalan yaitu sekitar usia 1,5 tahun saat mereka masih tinggal di kawasan Kepuh, Kecamatan Sukun, Kota Malang . Ketika itu, pagi hari setelah bangun tidur Sandi meminta dibuatkan segelas kopi dan minta sebatang rokok.
”Permintaan itu saya penuhi karena jauh  hari sebelumnya ada pesan dari orangtua laki-laki saya apabila Sandi  minta segelas kopi dan sebatang rokok agar dipenuhi,” kata Mujiati.
Sejak saat itu Sandi jadi suka merokok. Bahkan, kata Mujiati, sejumlah tetangganya pernah ngrasani, anak sekecil itu kok setiap hari diberi rokok. ”Padahal, kami tidak pernah memberinya rokok tiap hari. Sandi mendapat rokok justru dari orang-orang yang mengenalnya,” urai Mujiati.
Sejak saat itu Sandi jadi suka merokok. Bahkan, kata Mujiati, sejumlah tetangganya pernah ngrasani, anak sekecil itu kok setiap hari diberi rokok. ”Padahal, kami tidak pernah memberinya rokok tiap hari. Sandi mendapat rokok justru dari orang-orang yang mengenalnya,” urai Mujiati.
Sebenarnya Sandi sempat berhenti merokok  selama sebulan. Namun, menjelang malam Jumat Legi, Mujiati mengaku  bermimpi bertemu dengan ibunya, Sumarni, yang sudah meninggal. Dalam  mimpi itu, almarhumah Sumarni minta segelas kopi dan sebatang rokok.  ”Sejak mimpi itu, Sandi kambuh merokok sampai sekarang,” paparnya.
Soal Sandi menenggak miras, Mujiati  mengaku tak pernah memergoki langsung. Namun, Sandi sering bercerita  kalau dia diajak menenggak minuman jenis anggur merah. Habis minum  anggur merah itu, Sandi mengeluh dadanya sesak dan kepala pusing. ”Ini  yang saya khawatirkan,” papar perempuan yang tampak lebih tua dari  usianya itu.
Melihat perilaku anaknya itu, Mujiati  mengaku belum pernah memeriksakan ke psikolog. Mujiati maupun sejumlah  warga menganggap apa yang menimpa Sandi itu bukan kelainan, tetapi  akibat ‘ditempeli’ neneknya yang sudah meninggal.
Wali Kota Malang, Drs Peni Suparto MAP,  yang Selasa (29/12) ada acara di Gedung Gajayana ketika diberitahu  kondisi Sandi tampak heran. Peni melihat apa yang menimpa Sandi itu  merupakan suatu kelainan akibat pengaruh lingkungan. Karena itu, Sandi  harus segera diperiksakan dan dibina yang benar.


0 Reactions to this post
Add CommentPosting Komentar